Naskah Drama Roro Jonggrang cerita rakyat

 Judul Drama: Roro Jonggrang


Tokoh:

1. Prabu Baka (raja dari Kerajaan Prambanan)

2. 2. Roro Jonggrang (putri dari raja Baka)

3. 3. Bandung Bondowoso (pengembara yang jatuh cinta dengan Roro Jonggrang)

4. 4. Penduduk Kerajaan Prambanan

Latar Waktu:

Kerajaan Prambanan, zaman dahulu kala


Latar Tempat:

1. Istana Prabu Baka

2. 2. Candi Prambanan

Sinopsis:

Prabu Baka, raja dari Kerajaan Prambanan, mengundang Bandung Bondowoso untuk membantunya membangun Candi Prambanan yang indah dan megah. Namun, Bandung Bondowoso jatuh cinta pada putri raja, Roro Jonggrang, dan meminta izin untuk menikahinya. Roro Jonggrang menolak karena tidak mencintai Bondowoso dan lebih memilih hidup sendiri.


Bandung Bondowoso merasa sangat kecewa dan marah, kemudian memberikan ultimatum kepada Roro Jonggrang bahwa ia akan membangun candi dalam semalam jika Roro Jonggrang setuju menikahinya. Roro Jonggrang pun mengajukan syarat, bahwa Bondowoso harus membangun seribu candi dalam semalam dan mencantumkan namanya dalam salah satu candi.


Penduduk Kerajaan Prambanan kemudian membantu Bondowoso untuk membangun candi dengan menggunakan sihir. Namun, Roro Jonggrang merasa khawatir bahwa jika nama Bondowoso dicantumkan dalam candi, maka Kerajaan Prambanan akan tunduk pada kekuasaannya.


Ketika Bondowoso hampir selesai membangun candi, Roro Jonggrang memberikan perintah untuk memerintahkan semua penduduk Kerajaan Prambanan untuk menyalakan api dan memukul arak-arakan serta menabuh alat musik. Hal ini membuat Bandung Bondowoso berpikir bahwa hari sudah terbit dan keajaiban yang dia lakukan sudah selesai. Ia pun menyelesaikan pekerjaannya dan mencantumkan namanya di dalam candi ke-999.


Ketika Bondowoso mengetahui bahwa Roro Jonggrang telah menipunya, ia marah dan mengutuk Roro Jonggrang menjadi batu candi. Roro Jonggrang pun berubah menjadi batu candi dan terdapat di dalam candi ke-1000. Candi Prambanan akhirnya dibangun, tetapi masyarakat menyebutnya sebagai Candi Roro Jonggrang karena keberadaannya yang dipercaya sebagai Roro Jonggrang.


Akhirnya, Roro Jonggrang menjadi simbol kesetiaan terhadap kepercayaan dan keberanian menghadapi kejahatan. Ia menjadi lambang bahwa perempuan memiliki hak untuk memutuskan siapa yang akan menikahinya dan bahwa kebenaran selalu akan menang pada akhirnya.


Akhir Drama.


Catatan:

Drama ini dapat dimainkan oleh lima atau enam orang. Pemain dapat mengenakan kostum tradisional Jawa dan menggunakan aksesoris seperti mahkota, keris, dan busana Jawa. Musik tradisional dapat digunakan sebagai latar musik dalam


Bagian ke-2:


Adegan 1:


(Prabu Baka duduk di atas singgasana, sedangkan Roro Jonggrang duduk di sampingnya)


Prabu Baka: Roro Jonggrang, saya sangat ingin membangun Candi Prambanan yang indah dan megah. Apakah kamu setuju jika aku mengundang Bandung Bondowoso untuk membantuku dalam proyek ini?


Roro Jonggrang: Tentu saja, Ayah. Aku akan sangat senang jika Candi Prambanan dapat menjadi kebanggaan bagi Kerajaan Prambanan.


Adegan 2:


(Bandung Bondowoso datang ke Istana Prabu Baka)


Bandung Bondowoso: Salam, Prabu Baka. Saya mendengar Anda membutuhkan bantuan untuk membangun Candi Prambanan yang indah.


Prabu Baka: Benar, Bandung Bondowoso. Apakah kamu bersedia membantu saya dalam proyek ini?


Bandung Bondowoso: Tentu saja, saya akan senang membantu. Namun, sebelum itu, saya ingin meminta izin untuk menikahi Roro Jonggrang, putri Anda.


Prabu Baka: (terkejut) Apa? Bagaimana bisa kamu meminta sesuatu yang begitu besar?


Bandung Bondowoso: Saya jatuh cinta pada Roro Jonggrang dan ingin memilikinya sebagai istri saya.


Prabu Baka: (menggeleng) Maaf, Bandung Bondowoso. Roro Jonggrang bukanlah barang dagangan yang bisa dibeli. Saya tidak dapat memberikan izinmu untuk menikahinya.


Adegan 3:


(Roro Jonggrang sedang duduk di taman istana, Bandung Bondowoso datang kepadanya)


Bandung Bondowoso: Roro Jonggrang, aku datang untuk membicarakan sesuatu denganmu.


Roro Jonggrang: Apa itu?


Bandung Bondowoso: Aku jatuh cinta padamu, Roro Jonggrang. Aku ingin kau menjadi istriku.


Roro Jonggrang: (terkejut) Maaf, Bandung Bondowoso. Aku tidak mencintaimu dan tidak bisa menikah denganmu.


Bandung Bondowoso: (marah) Baiklah, kalau begitu aku akan membangun candi dalam semalam dan kamu harus menikah denganku.


Roro Jonggrang: (tersenyum sinis) Bagaimana mungkin kamu bisa membangun candi dalam semalam? Itu mustahil.


Bandung Bondowoso: (tertawa) Tidak ada yang tidak mungkin jika kamu mau memberikan kesempatan padaku.


Adegan 4:


(Penduduk Kerajaan Prambanan membantu Bandung Bondowoso membangun candi dengan menggunakan sihir)


Penduduk 1: Bagaimana mungkin kita bisa membangun seribu candi dalam semalam?


Penduduk 2: Jangan khawatir, kita akan menggunakan sihir untuk membantunya.


Penduduk 3: Tapi apakah kita tidak takut akan terkena kutukan jika menggunakan sihir?


Penduduk 1: Tidak usah khawatir, kita hanya menggunakan sihir untuk mempercepat proses pembangunan.


AdegAdegan 5:


(Malam harinya, Roro Jonggrang mengatur rencananya)


Roro Jonggrang: (berpikir) Aku harus menghentikan Bandung Bondowoso dan pengikutnya dari membangun Candi Prambanan. Bagaimana caranya?


(Roro Jonggrang memutuskan untuk membuat para pengikut Bandung Bondowoso sibuk sehingga tidak bisa membangun candi)


Adegan 6:


(Roro Jonggrang mengenakan pakaian pengantin dan duduk di atas candi setengah jadi)


Bandung Bondowoso: (datang ke tempat pembangunan) Apa yang sedang kau lakukan di sini, Roro Jonggrang?


Roro Jonggrang: (tersenyum) Aku akan menikah denganmu, Bandung Bondowoso.


Bandung Bondowoso: (terkejut) Benarkah? Tapi apa yang terjadi dengan ayahmu?


Roro Jonggrang: (tersenyum sinis) Ayahku telah memberikan izin untuk menikahimu, tetapi dengan satu syarat.


Bandung Bondowoso: (terkejut) Apa syaratnya?


Roro Jonggrang: Syaratnya adalah kamu harus membangun seribu candi dalam semalam.


Bandung Bondowoso: (tersenyum sombong) Tidak masalah. Aku dan pengikutku akan membangun candi dalam semalam.


Roro Jonggrang: (tersenyum) Tentu saja, tapi aku punya satu permintaan lagi.


Bandung Bondowoso: (tertawa) Apa lagi?


Roro Jonggrang: Permintaanku adalah agar kamu dan para pengikutmu melakukan kegiatan yang membuat kalian sibuk sehingga tidak bisa membangun candi.


Bandung Bondowoso: (heran) Apa maksudmu?


Roro Jonggrang: Aku ingin kalian membuat kebisingan dengan cara memukul dan memeras air dari kendi yang terbuat dari tanah liat.


Bandung Bondowoso: (tertawa) Apa maksudmu memukul dan memeras air dari kendi?


Roro Jonggrang: (tersenyum) Ya, aku ingin kalian membuat kebisingan seperti sedang membangun candi, sehingga malam ini tidak akan ada candi yang dibangun.


Bandung Bondowoso: (tertawa) Baiklah, aku mengerti. Kami akan melakukan itu.


Adegan 7:


(Pengikut Bandung Bondowoso melakukan kegiatan yang diminta oleh Roro Jonggrang sehingga mereka sibuk dan tidak bisa membangun candi)


Pengikut 1: (memukul kendi dengan kayu) Tung, tung, tung!


Pengikut 2: (memeras air dari kendi) Ceklek, ceklek, ceklek!


Pengikut 3: (menyanyikan lagu dengan keras) Nyanyi, nyanyi, nyanyi!


Adegan 8:


(Roro Jonggrang senang karena rencananya berhasil)


Roro Jonggrang: (tersenyum) Sekarang aku harus menyusun rencana untuk menghentikan Bandung Bondowoso dari mencari balas dendam.


(Ketika Roro Jonggrang tengah memikirkan rencana selanjutnya, Bandung Bondowoso tiba-tAdegan 9:


(Bandung Bondowoso datang dengan gerombolan pasukan)


Bandung Bondowoso: (marah) Roro Jonggrang, kau menipu aku!


Roro Jonggrang: (tenang) Aku hanya ingin menghentikanmu dari membangun Candi Prambanan, Bandung Bondowoso.


Bandung Bondowoso: (teriak) Kau akan menyesal telah menipu dan mempermalukanku di depan pengikutku.


Roro Jonggrang: (berdiri tegak) Aku tidak menyesal, Bandung Bondowoso. Aku hanya melakukan apa yang harus aku lakukan untuk melindungi tanahku dan mencegahmu dari mencari balas dendam.


Bandung Bondowoso: (marah) Kau berani melawan aku? Aku akan menghukummu dengan cara yang pantas!


Adegan 10:


(Bandung Bondowoso menyerang Roro Jonggrang, tetapi Roro Jonggrang berhasil mengalahkannya dengan kecerdasannya)


Roro Jonggrang: (menunjukkan batu-batu besar di sekitar mereka) Ini adalah batu-batu besar yang siap aku gunakan untuk menghancurkanmu, Bandung Bondowoso. Tapi sebelum itu, izinkan aku memberimu satu pelajaran.


Bandung Bondowoso: (tertawa) Apa pelajaran yang bisa kau berikan padaku?


Roro Jonggrang: (tersenyum) Aku akan memberikanmu pelajaran tentang keberanian dan ketidakberdayaan. Ketika kau memecahkan batu-batu ini, maka kau akan menunjukkan keberanianmu. Namun ketika kau gagal, itu akan menunjukkan ketidakberdayaanmu.


(Bandung Bondowoso mencoba memecahkan batu, tetapi gagal)


Roro Jonggrang: (tersenyum) Lihatlah, Bandung Bondowoso. Ini menunjukkan bahwa kau tidak bisa mengalahkan semua hal dengan kekuatanmu saja. Kau juga perlu kecerdasan dan kebijaksanaan.


Bandung Bondowoso: (mengakui kekalahan) Aku mengerti, Roro Jonggrang. Aku telah salah. Maafkan aku.


Roro Jonggrang: (tersenyum) Tidak ada yang perlu dimaafkan. Yang penting adalah kita harus saling menghormati dan saling mendukung untuk membangun masa depan yang lebih baik.


Adegan 11:


(Semua orang di kerajaan sangat senang karena Roro Jonggrang telah berhasil menghentikan Bandung Bondowoso dan mempertahankan tanah mereka)


Raja: (bangga) Roro Jonggrang, kau telah menunjukkan keberanian dan kecerdasan yang luar biasa. Aku memberikan penghargaan untukmu.


Roro Jonggrang: (bersyukur) Terima kasih, Raja. Aku hanya ingin melakukan yang terbaik untuk tanahku dan rakyatku.


Semua orang: (bertepuk tangan) Hidup Roro Jonggrang! Hidup kerajaan kita!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah drama humor cerita rakyat berjudul "Jaka Tarub an"

Naskah Drama Humor Sangkuriang (Tangkuban Perahu)

MALIN KUNDANG